
Entah apa yang sedang dipikirkan Agus Permana ketika menulis naskah ini, mungkin dia sedang patah hati sambil makan kupat tahu yang sambelnya terlalu banyak. Kemarahan dalam cerpen ini diindikasi ketika harga kupat tahu terlalu mahal.
VO oleh Tegar Bestari yang sedang bingung ternyata bulu hidungnya beruban