
Demak yang habis-habisan menggalang daya demi menghajar Portugis, menganggap Fatahillah memberi angin segar di tengah kegersangan sosial-ekonomi pasca runtuhnya Majapahit, sementara Tun Fatimah menganggapnya sebagai salahsatu dalang pembantaian keluarganya di Malaka.
Sedangkan di tempat persembunyiannya, Francisco Serrao didatangi oleh Katarabumi dan pasukannya, di situ ia mengancam raja Wehali, bahwa jika ia tak menyerahkan Serrao, maka akan ada pertumpahan darah di Timor Selatan.