
Dibawakan oleh Adrianus A. Guntur dari Komunitas Pukat Labuan Bajo di Keuskupan Labuan Bajo, Indonesia. 2 Makabe 7: 1.20-31; Mazmur tg 17: 1.5-6.8b.15; Lukas 19: 11-28.
SATU CARA UNTUKKALAHKAN TERORISME
Tema renungan kita pada hari ini ialah: Satu Cara UntukKalahkan Terorisme. Di dalam satu grup Whatsapp orang-orang muda, ada satudiskusi menarik tentang kejahatan-kejahatan terhadap anggota-anggota Gereja.Ada Uskup, imam dan biarawan yang dibunuh. Ada orang awam, keluarga, orang mudaatau anak-anak yang dianiaya, hanya karena mereka beriman kepada Kristus dansebagai orang Katolik.
Secara umum diskusi itu mengungkapkan perasaan takut,waspada dan geram terhadap kejahatan-kejahatan tersebut. Namun akhirnya paraorang muda tersebut memiliki kesepakatan bahwa kejahatan tersebut pada dasarnyaterjadi pada Yesus Kristus dengan penderitaan salib-Nya yang sangat memalukan.Yesus sendiri janjikan kepada para pengikut-Nya, kita semua anggota Gereja,bahwa kejahatan dan penderitaan yang sama akan kita hadapi. Singkatnya, Gerejayang mengalami nasib sebagai martir adalah bagian dari perjalanan iman kita.
Dalam banyak peristiwa, perlakuan keji terhadap paramartir dan anggota Gereja di mana pun sampai saat ini dapat digolongkan sebagaiterorisme. Bacaan pertama hari ini dari kitab kedua Makabe menggambarkankebrutalan terorisme itu. Raja Antiokus dan orang-orangnya membantai tujuhbersaudara Yahudi: menguliti kepala, memenggal tubuh, menggoreng mereka satudemi satu, sambil anak lelaki lain dan ibu mereka dipaksa menyaksikannya. Sangibu dipaksa supaya membujuk anak-anak yang masih hidup untuk meninggalkan imankepada Tuhan, atau menghilangkan tradisi suci nenek moyang yang religius.
Tetapi aksi melawan balik dengan terorisme rohani dariiman yang kuat kepada Tuhan dan tradisi suci ternyata lebih kuat. Anak-anakyang dibujuk itu menang demi Tuhan meski mereka harus dibunuh juga sebagaimartir. Akhirnya sang bunda juga ikut dibunuh dan menjadi martir. Iman keluargaitu begitu kuat sehingga dapat mengalahkan teroris. Sampai dengan saat ini,satu-satunya cara yang Gereja pakai untuk melawan teroris ialah bertahan dalamiman meski diancam mati sekalipun.
Pengalaman kemartiran di atas cukup buat kita untukmengindahkan iman dan kehidupan rohani kita. Kita bangga dan gembira sebagaianggota Gereja yang sudah dibesarkan dan dikuatkan oleh para martir. Kitamungkin tidak mengalami perlakukan keji seperti mereka. Tetapi tantangan besarkita yaitu mempertahankan iman ini. Caranya ialah mempertanggungjawabkan itusecara benar dan berdampak indah. Para hamba yang memperbanyak talentaberlipat-lipat, seperti yang digambarkan perumpamaan Yesus dalam Injil hariini, dapat menjadi contoh bagi kitauntuk beriman yang bertanggung jawab. Dengan mempertanggungjawabkan iman dibumi, kita akan dengan mudah mempertanggungjawabkan iman di akhirat nanti.
Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa... Bapa yang murah hati,perkuatkanlah kami untuk dapat menolak rasa takut, mudah putus asa dan cepatmenyerah, tetapi menyanggupi kuasa Roh Kudus untuk menjadikan kami anak-anak-Muyang bertanggung jawab. Bapa kami yang ada di surga ... Dalam nama Bapa ...