
Nats Alkitab : 1 Petrus 1:3-7
Penulis : G.I. Yonatan Suwardi
Seorang pengrajin emas memahami bahwa untuk mendapatkan emas murni tidak pernah didapatkan dengan mudah. Untuk mendapatkan emas yang murni maka diperlukan proses pemurnian. Salah satu proses pemurnian adalah dengan api, proses ini dikenal sebagai pirometalurgi. Proses ini memanfaatkan suhu tinggi untuk memisahkan emas dari logam lain dengan meleburkan kotoran pada tingkat panas yang sangat tinggi. Metode ini melibatkan pemanasan emas mentah dalam tungku hingga meleleh, sehingga dapat memungkinkan kotoran naik ke permukaan dan dapat disingkirkan dengan mudah. Proses ini sering diulang untuk mencapai tingkat kemurnian yang lebih tinggi. Hal ini tidak menyenangkan, tetapi hasil akhirnya adalah emas yang bernilai tinggi.
Rasul Petrus menjelaskan bahwa melalui kebangkitan Yesus Kristus, orang percaya telah menerima “hidup yang penuh pengharapan” serta pusaka yang tidak dapat binasa. Namun, jalan menuju pengharapan itu tidak bebas dari tantangan, sebab kita harus menghadapi “berbagai-bagai pencobaan.” Kata yang dipakai di dalam bagian ini adalah dokimion, menunjuk pada proses pembuktian, seperti emas yang diuji dalam api untuk menunjukkan keasliannya. Artinya, pencobaan bukan untuk melemahkan iman, melainkan untuk menguatkan dan memurnikan.
Bagi orang percaya masa kini, pencobaan dapat hadir dalam bentuk kesulitan ekonomi, sakit penyakit, tekanan batin atau relasi yang retak. Semua itu mungkin terasa berat, tetapi firman ini menolong kita melihatnya dari perspektif Allah bahwa pencobaan adalah kesempatan bagi iman kita dibuktikan. Sama seperti emas, iman pun tidak pernah terbukti murni tanpa melalui proses ujian. Dengan demikian, setiap pencobaan yang kita alami sesungguhnya menjadi jalan untuk membentuk iman yang teguh dan berharga di hadapan-Nya. Kemurnian iman tidak lahir dari jalan yang mudah, tetapi melalui api pencobaan yang membuat kita semakin teguh berpegang pada Kristus.
“Iman yang murni bukan sekadar diucapkan, tetapi dibuktikan dengan keteguhan di tengah pencobaan.”
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Apa bentuk “pencobaan” yang sedang Anda alami? Dan bagaimana itu dapat menjadi kesempatan untuk memurnikan iman Anda?
2. Apakah hidup Anda sudah mencerminkan iman yang murni sehingga dapat menjadi kesaksian bagi orang lain di tengah dunia yang penuh ujian?